Jumat, 27 Juli 2012 0 comments

20 Juli 2012

Seperti biasa, akhir-akhir ini alhamdulillah saya dkk. dapat mengisi kebutuhan ruhiyah kami di hari yang istimewa: hari Jumat, salah satu hari besar untuk umat Islam di seluruh dunia. Pada hari ini, teman kami, Ahmad Ibrahim sudah terlebih dahulu melaksanakan ibadah puasa, sedangkan saya, Rebby, dan Akh Dimas (kebetulan yang hadir hanya segitu) mulai melaksanakan ibadah puasa di tanggal 21 Juli. Tapi perbedaan tanggal pelaksanaan puasa untuk kami tidak masalah, selama masih menyembah kepada tuhan yang sama, mengakui nabi yang sama, dan mempunyai kitab yang sama, insyaAllah kita saudara seiman. Lagipula, di pertemuan ini kami tidak secara khusus menyinggung perbedaan tanggal tersebut kok.

Di pertemuan hari ini, Akh Dimas membagikan sebagian ilmu yang didapatnya dari acara "National Leadership Camp 2012", sebuah acara kamp kepemimpinan nasional yang diadakan oleh PPSDMS Nurul Fikri (kebetulan Akh Dimas salah satu manusia yang tergabung di dalamnya). Berikut cuplikan ilmu yang beliau berikan.

Dunia pascasekolah menyenangkan bagi sebagian orang, tapi menyedihkan bagi sebagian yang lain. Ya, bukan hal yang mengherankan karena untuk dapat mengakses pendidikan biayanya semakin mahal. Selain itu, banyak juga mahasiswa yang (mungkin) mengisi waktunya dengan hal-hal yang kurang berguna sehingga bisa dikategorikan ke kategori menyedihkan.

Nah, saat lulus nanti pilihan juga tak kalah sulitnya dengan dunia kampus. Tantangan mahasiswa sekarang terbagi menjadi dua: membuat kaya negeri orang atau negeri sendiri. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Indonesia memiliki potensi alam yang luar biasa dahsyatnya, tapi sayang potensi tersebut hanya dijual ke luar negeri dan ironisnya produk yang dijual ke negeri lain tsb. setelah diproses sedemikian rupa dijual kembali ke Indonesia dengan harga yang lebih tinggi tentunya. Hmm, miris.

Hal yang cukup menarik adalah perbedaan cita-cita antara "Anak Jakarta" dan "Anak daerah". Anak Jakarta jika lulus kuliah berorientasi untuk bekerja, sedangkan anak daerah cenderung berorientasi membangun daerahnya. Subhanallah. Oleh karenanya, Akh Dimas menekankan pada kami di kesempatan hari ini untuk mengubah paradigma kita dari Individualis menjadi Nasionalis.

Di kesempatan ini, hal yang paling menarik adalah kutipan dari seorang dosen dan peneliti Indonesia yang bernama Warsito Taruno. Beliau sempat mencicipi pendidikan di Jepang dan saat ini menjabat sebagai ketua MITI (Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia). "Mahasiswa Indonesia lebih bisa bekerja dan saya percaya dibanding mahasiswa Jepang", begitu kurang lebih perkataan beliau yang dikutip Akh Dimas dan kemudian saya catat. Wah, luar biasa, ternyata kita yang (mungkin) mencap diri kita kalah dengan negara lain belum tentu benar adanya. Tantangan untuk kita berikutnya: membuktikannya. InsyaAllah.

Sekian. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi pengingat untuk saya khususnya dan juga teman-teman yang membaca tulisan ini.

"Makin tinggi pendidikan tidak menjamin kehidupan. Jangan puas di satu kawasan, masih banyak yang lebih baik di kawasan lain".
Rabu, 18 Juli 2012 0 comments

6 Juli 2012

Hari ini bertepatan dengan Pengumuman SNMPTN Tulis yang dimajukan sehari, walaupun begitu alhamdulillah saya masih dapat berkumpul bersama teman-teman dalam kelompok halaqah kami. Sepanjang pertemuan nampak wajah tegang di antara kami karena menjelang pengumuman seleksi. Namun, kami sengaja menutupinya dengan candaan dan saling menyemangati serta mendoakan satu sama lain. Semoga diizinkan oleh-Nya mendapat hasil yang terbaik. Aamiin.

Pada pertemuan ini yang hadir ada lima orang: Ibrahim, Rebby, Yanuar, dan saya serta Akh Dimas tentunya. Di tengah kesunyian Masjid Attin selepas Sholat Jumat, Akh Dimas yang baru saja menjadi penghuni baru Asrama PPSDMS Nurul Fikri (selamat ya, akh!) memberi kami bermacam materi. Hal-hal yang saya sempat catat di antaranya.
  • Mengutip perkataan ahli perang Cina, Sun Tzu, "Ketika bertemu orang, jangan hanya memberi ikan, tapi berilah kail dan keahlian memancing." Kalimat tersebut jelas menasihati bahwa jika ingin membantu orang lain jangan hanya memberi hal yang habis dalam waktu sesaat, melainkan berilah hal yang justru bisa menghasilkan sesuatu.
  • Ketika kelebihan dan kekurangan dipersatukan dalam ikatan ukhuwah akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa, seperti Nabi Musa dengan Nabi Harun serta Mus'ab bin Umair dengan Ummi Maktum. Sebaik-baik ikatan adalah ikatan iman.
  • Jadilah pribadi muslim yang tidak hanya "Di masjid" untuk memperluas wawasan.
  • Jangan mengeksklusifkan diri di kuliah nanti. Fokus dan kenali banyak orang.
  • Jadikan perguruan tinggi di Indonesia sebagai teman, bukan "Musuh". "Musuh" justru dari luar Indonesia, minimal satu kawasan: ASEAN. Syukur-syukur bisa ber-"Musuhan" dengan kawasan yang lebih luas cakupannya.
Kurang lebih sebanyak itu yang sempat saya catat. Namun, ada kata-kata dari Akh Dimas yang ngena banget menurut saya.
"Ga banget, deh, kita sebagai Muslim hanya duduk di masjid, di pojokan, kerjaannya hanya membaca Alquran, pakai baju yang itu-itu saja dan lusuh pula. Kita semestinya menjadi orang-orang yang berprestasi dan menempati pos-pos strategis di bidangnya masing-masing sebagai bentuk dakwah kita."
 
;