Di pertemuan hari ini, Akh Dimas membagikan sebagian ilmu yang didapatnya dari acara "National Leadership Camp 2012", sebuah acara kamp kepemimpinan nasional yang diadakan oleh PPSDMS Nurul Fikri (kebetulan Akh Dimas salah satu manusia yang tergabung di dalamnya). Berikut cuplikan ilmu yang beliau berikan.
Dunia pascasekolah menyenangkan bagi sebagian orang, tapi menyedihkan bagi sebagian yang lain. Ya, bukan hal yang mengherankan karena untuk dapat mengakses pendidikan biayanya semakin mahal. Selain itu, banyak juga mahasiswa yang (mungkin) mengisi waktunya dengan hal-hal yang kurang berguna sehingga bisa dikategorikan ke kategori menyedihkan.
Nah, saat lulus nanti pilihan juga tak kalah sulitnya dengan dunia kampus. Tantangan mahasiswa sekarang terbagi menjadi dua: membuat kaya negeri orang atau negeri sendiri. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Indonesia memiliki potensi alam yang luar biasa dahsyatnya, tapi sayang potensi tersebut hanya dijual ke luar negeri dan ironisnya produk yang dijual ke negeri lain tsb. setelah diproses sedemikian rupa dijual kembali ke Indonesia dengan harga yang lebih tinggi tentunya. Hmm, miris.
Hal yang cukup menarik adalah perbedaan cita-cita antara "Anak Jakarta" dan "Anak daerah". Anak Jakarta jika lulus kuliah berorientasi untuk bekerja, sedangkan anak daerah cenderung berorientasi membangun daerahnya. Subhanallah. Oleh karenanya, Akh Dimas menekankan pada kami di kesempatan hari ini untuk mengubah paradigma kita dari Individualis menjadi Nasionalis.
Di kesempatan ini, hal yang paling menarik adalah kutipan dari seorang dosen dan peneliti Indonesia yang bernama Warsito Taruno. Beliau sempat mencicipi pendidikan di Jepang dan saat ini menjabat sebagai ketua MITI (Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia). "Mahasiswa Indonesia lebih bisa bekerja dan saya percaya dibanding mahasiswa Jepang", begitu kurang lebih perkataan beliau yang dikutip Akh Dimas dan kemudian saya catat. Wah, luar biasa, ternyata kita yang (mungkin) mencap diri kita kalah dengan negara lain belum tentu benar adanya. Tantangan untuk kita berikutnya: membuktikannya. InsyaAllah.
Sekian. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi pengingat untuk saya khususnya dan juga teman-teman yang membaca tulisan ini.
"Makin tinggi pendidikan tidak menjamin kehidupan. Jangan puas di satu kawasan, masih banyak yang lebih baik di kawasan lain".


- Follow Us on Twitter!
- "Join Us on Facebook!
- RSS
Contact